Senin, 26 November 2018

KOMODITAS IKAN CAKALANG DI INDONESIA


MAKALAH
HASIL-HASIL PERIKANAN


    KOMODITAS IKAN CAKALANG DI INDONESIA




               DISUSUN OLEH :
                             TRI DESI
                      26010116120012


DEPARTEMEN SUMBERDAYA AKUATIK
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) adalah ikan berukuran sedang dari familia Skombride (tuna). Satu-satunya spesies dari genus Katsuwonus. Cakalang terbesar, panjang tubuhnya bisa mencapai 1 m dengan berat lebih dari 18 kg. Cakalang yang banyak tertangkap berukuran panjang sekitar 50 cm. Nama-nama lainnya di antaranya cakalan, cakang, kausa, kambojo, karamojo, turingan, dan ada pula yang menyebutnya tongkol. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai skipjack tuna. Cakalang dikenal sebagai perenang cepat di laut zona pelagik. Ikan ini umum dijumpai di laut tropis dan subtropis di Samudra Hindia, Samudra Pasifik, dan Samudra Atlantik. Cakalang tidak ditemukan di utara Laut Tengah. Hidup bergerombol dalam kawanan berjumlah besar (hingga 50 ribu ekor ikan). Makanan mereka berupa ikan, krustasea, cephalopoda, dan moluska. Cakalang merupakan mangsa penting bagi ikan-ikan besar di zona pelagik, termasuk hiu.
Ikan cakalang merupakan ikan pelagis besar yang cukup menjadi komoditas yang dominan di perairan wilayah Timur termasuk Laut Arafura. Struktur populasi cakalang (Katsuwonus pelamis) di Maluku Utara berdasarkan penelitian Suwartana (1986) menggunakan data 1980 – 1982 diperoleh bahwa ukuran panjang baku ikan adalah sekitar 40,3 – 65,4 cm dan kelompok yang menonjol adalah ukuran 46,9 - 53,7 cm yang diduga berumur antara 2,5 – 3,5 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah potensi ikan cakalang di Indonesia ?
2.      Bagaimanakah kandungan gizi yang terdapat pada ikan cakalang ?
3.      Apa saja hasil pengolahan dari ikan cakalang yang bernilai ekonomis ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
            Ikan cakalang merupakan salah satu jenis sumberdaya ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mempunyai prospek yang baik.Kekuatan industri penangkapan ikan cakalang sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi, dan dengan adanya peluang pasar yang terbuka, antara lain adalah pasar industri penangkapan Indonesia dalam pasar Asia Tenggara cukup besar. Indonesia merupakan eksportir kedua setelah Thailand. Infrastruktur industri perikanan tersedia cukup baik dari pemerintah maupun swasta. Dari sisi pemerintah, sekurang-kurangnya akhir-akhir ini telah ada kemauan politik untuk memperbaiki kebijakan dalam bidang usaha perikanan termasuk ikan cakalang . Ikan cakalang banyak ditemui di daerah Prigi , Trenggalek , Jawa Timur . Ikan cakalang (Katsuwanus pelamis) merupakan salah satu ikan ekonomis penting di Indonesia terutama di daerah Prigi. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2013) menyebutkan target pertumbuhan ekspor mencapai 19% dimana posisi ikan Tuna, Tongkol dan Cakalang sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi khususnya penambahan untuk devisa bagi negara, selain sebagai komoditas pencukupan sumber protein hewani untuk penduduk Indonesia. Untuk itu, status perikanan cakalang di WPP NRImenjadi sangat penting untuk diketahui. Tingkat pemanfaatan yang lestari sangat diperlukan terutama di daerah seperti Prigi yang menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.45 / MEN / 2011 tentang Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) NRI, perairan Prigi sudah menunjukkan status tingkat eksploitasi moderate (sedang), artinya bahwa perlu dilakukan kehati–hatian dalam pengelolaan perikanan agar tetap terjaga keberlanjutannya (Setiyawan, 2016).
            Tidak hanya pada daerah Prigi, Ikan cakalang juga tersebar di berbagai daerah di Indonesia , seperti halnya di Kepulauan Maluku Salah satu sumber daya perikanan yang cukup banyak diminati oleh konsumen di daerah Maluku dan sekitarnya yaitu Ikan Cakalang.. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan komoditi perikanan yang telah diusahakan secara intensif di perairan Indonesia bagian timur, khususnya di perairan Maluku. Cakalang tergolong dalam jenis tuna kecil, namun hasil tangkapannya justru yang terbesar dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. dari sekian banyak kepulauan yang ada di Maluku, Pulau Banda yang memiliki perolehan penangkapan Ikan Cakalang yang paling tinggi.
2.2 Kandungan gizi ikan cakalang
            Ikan laut mengandung banyak zat yang kaya manfaat. Di antaranya adalah Omega 3 dan Omega 6, yakni asam lemak tak jenuh yang berfungsi meningkatkan kecerdasan otak, melenturkan pembuluh darah, menurunkan kadar trigliserida, dan mencegah penggumpalan darah. Hasil sebuah penelitian terbaru menyebutkan, bahwa mengonsumsi ikan turut berperan mencegah munculnya beragam jenis kanker. Seperti yang sudah dketahui ikan cakalang memiliki kandungan Omega 3 dan Omega 6 yang cukup tinggi, manfaat dari omega 3 yaitu membantu mekanisme kerja jantung dan pembuluh darah, serta melindungi jantung dari Fibrilasi Atial (Gangguan Jantung pada orang tua) , membantu mencegah kanker payudara dan leukimia, menurunkan Resiko AMD (Age-related Macular Disease), untuk ibu hamil dapat membentuk sel pembuluh darah dan jantung janin
 Ikan cakalang merupakan makanan tinggi protein (20,15%) yang lebih mudah dicerna dibanding hewan terestrial. Penggunaan ikan cakalang sebagai sumber protein sesuai dengan habitat ikan cakalang yang banyak ditemukan di perairan Indonesia Timur. Kombinasi beras dan ikan cakalang dapat dijadikan sebagai pangan fungsional. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah menciptakan bubur instan berbasis ikan cakalang untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. (Yusida, et al 2015).
Ikan cakalang mengandung  zat besi yang berfungsi dalam membantu proses pembentukan sel darah merah, untuk mengatasi anemia. Selain itu kandungan vitamin dalam ikan calang tergolong kompleks yaitu vitamin yang larut dalam lemak : Vitamin A, D, dan E, dan kandungan vitamin lain adalah B1 dan C . Anti oksidan yang terdapat dalam daging ikan cakalang dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh .
            Ikan cakalang bermanfaat bagi manusia antara lain  sebagai cara alami untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit, seperti kanker pankreas, ovarium, mulut, faring, lambung, kerongkongan serta usus besar . Kandungan Omega-6, dipercaya menurunkan kadar trigliserida, melenturkan pembuluh darah dan mencegah penggumpalan dan meningkatkan kecerdasan otak. Dapat mencegah ejakulasi dini. Terapi untuk mengobati rheumatic dan linu tulang.
2.3 Produk olahan ikan cakalang bernilai ekonomis
            Dikatakan ikan cakalang bernilai ekonomis tinggi , karena spesies ikan ini digunakan sebagai bahan baku oleh berbagai jenis industri pengolahan seperti cakalang fufu , ikan kayu , ikan kaleng , abon cakalang dan masih banyak lagi . Ikan cakalang juga tercatat sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk segar , beku, maupun olahan . Dari kegiatan produk olahan yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan baku.
            Pengasapan ikan merupakan penggabungan dari proses penggaraman , pengeringan dan pemberian asap untuk mencegah kerusakan pada ikan . Pengasapan memiliki beberapa keuntungan yaitu memberikan efek pengawetan , mempengaruhi citarasa , memanfaatkan hasil tangkap yang berlebih ketika tangkapan berlimpah, memungkinkan ikan untuk disimpan ketika musim paceklik, meningkatkan ketersediaan protein bagi masyarakat sepanjang tahun, membuat ikan lebih mudah dikemas, diangkut dan dipasarkan, biaya cukup murah dan peralatannya sederhana. Pengasapan ikan pada saat ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan warna, tekstur dan flavor yang khas. Pengasapan bukan hanya merupakan metode pengawetan tetapi juga menghasilkan flavor asap yang menjadi atribut khas yang seringkali dicari oleh konsumen. Flavor merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi penerimaan suatu produk olahan perikanan. Flavor pada ikan asap tidak hanya dipengaruhi oleh senyawa fenol tetapi komponen-komponen ekstraktif seperti asam amino bebas yang terkandung dalam produk perikanan juga akan berperan dalam pemberian citarasa produk. Pengukuran kandungan senyawa-senyawa tersebut di dalam produk asap dapat memberikan informasi mengenai jenis asam amino yang berpengaruh pada pembentukan flavor ikan asap, selain itu proses penggaraman juga dapat mempengaruhi citarasa produk akhir tergantung dari waktu dan konsentrasi garam yang digunakan. Ikan asap menjadi awet karena adanya pengurangan kadar air akibat dari proses pemanasan dan adanya senyawa-senyawa kimia di dalam asap seperti golongan fenol yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan berperan sebagai antioksidan. Senyawa fenol dan turunannya banyak terkandung di dalam asap yang berasal dari kayu. Jumlah kadar fenol akan dipengaruhi oleh proses pengolahan seperti lamanya waktu pengasapan, komposisi asap, jarak sumber asap dengan bahan baku, ketebalan asap, jenis kayu dan kondisi pengasapan lainnya (Ghazali , et al 2014).









           
BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan        
Dari penjelasan diatas , dapat disumpulkan bahwa ikan cakalang memiliki daerah sebaran yang luas di Indonesia , Ikan cakalang menjadi salah satu komoditi perikanan yang telah diusahakan secara intensif di perairan Indonesia bagian timur, khususnya di perairan Maluku. Selain itu ikan cakalang juga menjadi komoditas komoditi ekspor baik dalam bentuk segar , beku, maupun olahan . Dari kegiatan produk olahan yang menggunakan ikan cakalang sebagai bahan baku. Kandungan gizi ikan cakalang beragam antara lain Omega 3 dan Omega 6. Ikan cakalang merupakan makanan tinggi protein (20,15%) yang lebih mudah dicerna dibanding hewan terestrial dan mengandung zat besi .












DAFTAR PUSTAKA
Ghazali, R.R., Fronthea ,S dan Romadhon. 2014. Analisa Tingkat Keamanan Ikan Manyung (Arius thalassinus) Asap Yang Diolah Dengan Metode Pengasapan Berbeda . Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. Vol 3(4): .31-38.

Setiyawan,Agus.2016. Pendugaan tingkat pemanfaatan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di Perairan Prigi, Jawa Timur.  Depik, 5(1): 7-11.

Yusida,A.,Rahmawati.,Tri,N.U dan Ryan,F .2015.Formulasi dan Fortifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus sp) pada Bubur Instan Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Protein dan Karbohidrat Dalam Penaggulangan Kasus Gizi Buruk di Indonesia.

macam-macam danau


Macam-Macam Danau

Menurut Hutchinson & Loffler, 1956 dalam Barus, 2004, air danau dapat dibedakan berdasarkan pola pencampuran/sirkulasi. Pencampuran yang terjadi karena adanya bedabobot air pada besaran temperatur yang berbeda. Air dengan bobot yang lebih ringan akan berada di bagian permukaan sedangkan air dengan bobot yang lebih berat akan berada di bagian yang lebih bawah.

Pengelompokan danau berdasarkan pola pencampuran/sirkulasi nya adalah sebagai berikut:

a. Amiktis

Amiktis yaitu danau yang terdapat di daerah kutub, terutama di antartik dan sebagian kecil di arktik (Greenland) yang secara permanen tertutup oleh salju.

b. Monomiktis dingin

Monomiktis dinginya itu danau yang terdapat di daerah kutub dan sub kutub yang mengalami sirkulasi/ pencampuran secara sempurna hanya pada musim panas, sementara pada musim yang lain mengalami stagnasi winter dengan penutupan lapisan salju pada permukaan.

c. Dimiktis

Dimiktis yaitu danau-danau yang terdapat di daerah temperata di bagian utara dari Amerika Utara yang mengalami sirkulasi sempurna pada saat musim gugur dan musim semi.


d. Monomiktis panas

Monomiktis panas yaitu danau yang terdapat di daerah subtropis yang mengalami sirkulasi hanya pada musim dingin dan apabila permukaan air cukup mengalami pendinginan misalnya Bodensee yang terdapat di Jerman.

e. Oligomiktis

Oligomiktis yaitu danau di daerah tropis yang sangat jarang mengalami sirkulasi yang sempurna.

f.  Polimiktis panas

Polimiktis panas yaitu danau di daerah tropis yang mengalami sirkulasi sempurna apabila terjadi penurunan temperatur yang sangat drastis.


g. Polimiktis dingin

Polimiktis dinginya itu danau-danau tropis yang terdapat di pegunungan yang tinggi dan selalu mengalami sirkulasi sempurna, umumnya adalah danau-danau yang terdapat pada ketinggian sekitar 3000 meter dpl.


Asal mula danau bermacam-macam, ada yang berasal dari patahan lempeng bumi, gejala vulkan , buatan manusia, dan masih banyak yang lain-lainnya. Oleh karena itu, selain dibedakan berdasarkan pola pencampuran nya seperti yang telah diuraikan di depan, danau juga dapat digolongkan berdasarkan proses terjadinya.


MACAM-MACAM CACING


MAKALAH AVERTEBRATA AIR
MACAM-MACAM CACING










Disusun Oleh :
Tri Dessi 





Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Departemen Sumberdaya Akuatik 2016
Kelas A
Universitas Diponegoro
Tahun Ajar 2016/2017


BAB I

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakitini. (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1). 

1.2       Rumusan Masalah
            1. Macam – macam cacing
            2. Siklus hidup cacing

1.3       Tujuan 

Mahasiswa mampu memahami pengertian cacing dan siklus hidup cacing

1.4       Metode pengumpulan data 
Data-data penunjang makalh ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan tentang cacing serta dari Internet.


















BAB II
PEMBAHASAN

1.    Macam –macam cacing
a.       Cacing tanah
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32 Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung. Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pakan alternative bagi hewan ternak seperti unggas, ikan, dan udang karena cacing tanah mengandung protein
( Febrita et al, 2015)

b.      Cacing tambang
Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki.Larva akan berjalan jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh tubuh, anemia dan nyeri abdomen. 
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larvarabditif orm. Dalam waktu sekitar 3 hari l a rva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis. Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih 250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron. Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Larva cacing tambang hidup ditanah, sementara tananh begitu banyak da sangat luas terhampar disekelili ng kehidupan dan aktivitas sehari-hari kita (Sumanto, 2012)

c.       Cacing pita,
Cacing pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
•    Cacing pita sapi (Taenia sagita)
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.

d.      Cacing Pipih
Tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang. Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan secara aktif.

e.       Cacing Filaria
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya. 

f.       Cacing Cambuk
Trichuris trichiura atau lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk. Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu. Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan trichocephalialis. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subtropics dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah ( Setiyani dan Dyah, 2008)



2.    Siklus hidup cacing
a.       Siklus hidup cacing tanah
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah . Setelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidinsLumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti. 

b.      Siklus hidup cacing tambang
Cacing tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan perdarahan di usus yang ditempati.
Cacing betina memproduksi telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing mulai memproduksi telur.

c.        Siklus hidup cacing pita
Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing. Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.
           
d.      Siklus hidup cacing pipih
 Tubuh planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.

e.       Siklus hidup cacing filaria
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.

f.        Siklus hidup cacing cambuk
 Manusia terinfeksi  karena memakan daging mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan menjadi dewasa dalam 6-8 hari.  Cacing betina dewasa melepaskan larva yang bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.












BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang macam-macam cacing dan siklus hidup cacing , dapat disimpulkan bahwa:
1.    Cacing mempunyai macam-macam jenis yang beragam , seperti cacing tanah, cacing cambuk, cacing filarial, cacing pipih , cacing pita dan cacing tambang.

     Cacing tanah adalah  nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang    kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Cacing pita merupakan parasit manusia dan hewan  ternak. Cacing pipih tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut filarial. Trichuris trichiura atau lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk
2.    Siklus hidup cacing-cacing tersebut yaitu :
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Siklus hidup cacing tambang  yaitu telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi mendukung. Siklu hidup cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Siklus hidup cacing planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Siklus hidup cacing filaria ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Siklus hidup cacing cambuk yaitu cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan  menetas di dalam  usus halus dan hidup sampai dewasa disana.




DAFTAR  PUSTAKA

Febrita, A., Darmadi dan E. Siswanto.2015. Pertumbuhan Cacing Tanah ( Lumbricus rubellus) dengan pemberian Pakan Buatan Untuk Mendukung Proses Pembelajaran pada Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Invertebrata. Jurnal Biogenesis, 11(2) : 169-176

Setiani, E. dan D. Widiastuti. 2008. Trichuris trichiura. Balaba, 7(2):21-22
Sumanto, D. 2012. Uji Paparan Telur Cacing Tambang pada Halaman Rumah. ISBN : 978-602-18809-0-6




KOMODITAS IKAN CAKALANG DI INDONESIA

MAKALAH HASIL-HASIL PERIKANAN     KOMODITAS IKAN CAKALANG DI INDONESIA                 DISUSUN OLEH...