MAKALAH AVERTEBRATA AIR
MACAM-MACAM CACING
Disusun Oleh :
Tri Dessi
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Departemen
Sumberdaya Akuatik 2016
Kelas
A
Universitas
Diponegoro
Tahun Ajar 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan, salah satu diantaranya
ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah. Cacingan ini dapat
mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
penderitanya sehingga secara ekonomi banyak menyebabkan kerugian, karena
menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga
menurunkan kualitas sumber daya manusia. Prevalensi cacingan di Indonesia pada
umumnya masih sangat tinggi, terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu
mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakitini. (Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI, 2006:1).
1.2 Rumusan Masalah
1. Macam – macam cacing
2. Siklus hidup cacing
1.3 Tujuan
Mahasiswa
mampu memahami pengertian cacing dan siklus hidup cacing
1.4 Metode pengumpulan
data
Data-data
penunjang makalh ini diperoleh dari buku-buku mikrobiologi yang menjelaskan
tentang cacing serta dari Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Macam –macam cacing
a. Cacing tanah
Cacing
tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas
dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah
jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki
sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32 Biasanya jenis ini
kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi
bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain.
Cacing tanah jenis Pheretima
segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16.
Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing
tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan
cacing kalung. Cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pakan
alternative bagi hewan ternak seperti unggas, ikan, dan udang karena cacing
tanah mengandung protein
( Febrita et al, 2015)
b. Cacing tambang
Cacing
tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Cacing dewasa tinggal di usus halus bagian atas, sedangkan telurnya
akan dikeluarkan bersama dengan kotoran manusia. Telur akan menetas menjadi
larva di luar tubuh manusia, yang kemudian masuk kembali ke tubuh korban
menembus kulit telapak kaki yang berjalan tanpa alas kaki.Larva akan berjalan
jalan di dalam tubuh melalui peredaran darah yang akhirnya tiba di paru paru lalu
dibatukan dan ditelan kembali. Gejala meliputi reaksi alergi lokal atau seluruh
tubuh, anemia dan nyeri abdomen.
Hospes parasitini adalah manusia, Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus dengan giginya melekat padamucosa usus. Cacing betina
menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina mempunyai panjang
sekitar 1 cm, cacing jantan kira- kira 0,8 cm, cacing dewasa berbentuk seperti
huruf S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur hidup cacing
tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan keluar bersama tinja, setelah
1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larvarabditif orm. Dalam
waktu sekitar 3 hari l a rva tumbuh menjadilarva filariform yang dapat menembus
kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Telur cacing tambang yang
besarnya kira-kira 60x40mi kron, berbentuk bujur dan mempunyai dinding tipis.
Di dalamnya terdapat beberapa sel, larva rabditiform panjangnya kurang lebih
250 mikron, sedangkan larva filriform panjangnya kurang lebih 600 mikron.
Setelah menembus kulit, larvaikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru.
Larva cacing tambang hidup ditanah, sementara tananh begitu banyak da sangat
luas terhampar disekelili ng kehidupan dan aktivitas sehari-hari kita (Sumanto,
2012)
c. Cacing pita,
Cacing
pita adalah parasit manusia dan hewan ternak. Ada tiga jenis cacing pita yang
menjadikan manusia sebagai inang antara maupun inang permanen:
• Cacing
pita sapi (Taenia sagita)
Taenia saginata adalah
raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8
meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini
berwarna putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan.
Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen berukuran 1X1,5 cm.
Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.
d. Cacing Pipih
Tubuhnya
memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral, mempunyai sisi
kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior dan posterior.
Tipe simetris semacam ini dikaitkan dengan gerakan yang aktif. Cacing pipih
yang hidup di air tawar misalnya Plenaria, dapat bergerak cepat. Bila planaria
berada pada permukaan substrat/tanah mengeluarkan lendir di bawah tubuhnya, dan
bergerak maju di atas lendir ini menggerakkan silianya. Bila planaria berada di
dalam air dapat berenang dengan cara menggerakkan tubuhnya seperti gelombang.
Dengan demikian planaria dapat bergerak bebas sehingga dapat mencari makanan
secara aktif.
e. Cacing Filaria
Wuchereria
bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Bentuk cacing ini
gilig memanjang, seperti benang maka disebut filaria. Cacing ini hidup pada
pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat menyumbat aliran
limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini
menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil
yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.
Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada
waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding
usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami
pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika nyamuk itu menggigit
orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian seterusnya.
f. Cacing Cambuk
Trichuris
trichiura atau lebih dikenal dengan nama cacing cambuk karena secara menyeluruh
bentuknya seperti cambuk. Cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan
melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan
selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana.
Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen,
diare dan usus buntu. Penyakit yang disebabkan cacing ini dinamakan
trichocephalialis. Penyakit ini terutama terjadi di daerah subtropics dan
tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim yang hangat dan
lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah ( Setiyani
dan Dyah, 2008)
2. Siklus hidup cacing
a. Siklus hidup cacing tanah
Cacing
tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan
mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi
invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Cairan dari selom foetida
Eisenia Andrei telah diteliti memiliki sebuah aktivitas antimikroba terhadap
Aeromonas hydrophila dan Bacillus megaterium yang dikenal sebagai patogen
cacing tanah . Setelah itu diperoleh dua protein, bernama Fetidins, dari cairan
selom cacing tanah dan menegaskan bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan
karena fetidinsLumbricus rubellus juga memiliki dua agen antibakteri bernama
Lumbricin 1 dan Lumbricin 2. Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida
lysenin-seperti protein memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic
hemolitik, antibakteri dan membran-permeabilizing properti.
b. Siklus hidup cacing tambang
Cacing
tambang dewasa berada dalam usus kecil manusia, di mana mereka melekatkan diri
di dinding usus dengan mulut mereka. Mereka makan darah dan menyebabkan
perdarahan di usus yang ditempati.
Cacing betina memproduksi
telur cacing, yang dikeluarkan lewat tinja. Jika tinja jatuh ke tanah, dan
cuaca hangat, telur cacing akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua
hari. Larva kemudian menjadi dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk
waktu yang lama jika kondisi mendukung. Larva yang mendapatkan kontak dengan
kaki telanjang manusia akan menembus kulit kaki dan masuk ke paru-paru melalui
sirkulasi darah. Larva kemudian bergerak ke saluran udara menuju tenggorokan
dan tertelan. Mereka menuju ke usus kecil. Larva lalu melekat pada dinding usus
dan berkembang menjadi cacing dewasa. Pada sekitar usia lima bulan, cacing
mulai memproduksi telur.
c. Siklus hidup cacing
pita
Cacing
pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya.
Cacing pita dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen
ini bila mengering di udara luar akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat
termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi membuat telur menetas
dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran pencernaan
untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot
membentuk kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista
tersebut dimakan manusia dalam keadaaan mentah atau setengah matang,
enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing.
Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga
mencapai 5 meter dalam waktu tiga bulan.
d. Siklus hidup cacing pipih
Tubuh
planaria terdiri dari tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut
ekstoderm, lapisan dalam disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga
gastrovaskuler. Diantara ekstoderm dan endoderm terdapat lapisan mesoderm.
Mesoderm terdiri dari jaringan ikat yang longgar. Pada mesoderm terdapat
organ-organ misalnya organ kelamin jantan dan betina.
e. Siklus hidup cacing filaria
Cacing ini
hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat
menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa,
cacing ini menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing
berukuran kecil yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di
dalam darah. Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit.
Jika pada waktu itu ada nyamuk yang menggigit, maka larva tersebut dapat
menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam otot dada nyamuk, kemudian
setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat penusuk. Jika
nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini, demikian
seterusnya.
f. Siklus hidup cacing
cambuk
Manusia terinfeksi karena memakan daging
mentah atau setengah matang dari hewan yang terinfeksi, terutama babi, babi
hutan, dan beruang. Larva lalu masuk ke usus kecil, menembus mukosa, dan
menjadi dewasa dalam 6-8 hari. Cacing betina dewasa melepaskan larva yang
bisa bertahan hidup sampai 6 minggu. Larva yang baru lahir bermigrasi melalui
aliran darah dan jaringan tubuh, tetapi akhirnya hanya bertahan di sel otot
rangka lurik. Larva mengkista (encyst) sepenuhnya dalam 1-2 bulan dan tetap
hidup hingga beberapa tahun sebagai parasit intraselular. Larva yang mati
akhirnya diserap kembali tubuh. Siklus ini terus berlanjut hanya jika larva
mengkista dicerna oleh karnivora lain.
Gejala awal infeksi cacing
cambuk termasuk edema, nyeri otot, dan demam.
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang macam-macam cacing dan siklus
hidup cacing , dapat disimpulkan bahwa:
1.
Cacing mempunyai macam-macam
jenis yang beragam , seperti cacing tanah, cacing cambuk, cacing filarial,
cacing pipih , cacing pita dan cacing tambang.
Cacing tanah
adalah nama yang umum digunakan untuk
kelompok Oligochaeta, yang kelas dan
subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing
tambang paling sering disebabkan oleh Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus. Cacing pita merupakan parasit manusia dan hewan ternak. Cacing
pipih tubuhnya memipih badan berbentuk pita. Cacing ini simetris bilateral,
mempunyai sisi kanan dan kiri, permukaan dorsal dan ventral, bagian anterior
dan posterior. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah
kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut
filarial. Trichuris trichiura atau lebih dikenal dengan nama cacing cambuk
karena secara menyeluruh bentuknya seperti cambuk
2.
Siklus hidup cacing-cacing tersebut yaitu :
Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan
sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu
dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka. Siklus
hidup cacing tambang yaitu telur cacing
akan menetas menjadi larva dalam waktu sekitar dua hari. Larva kemudian menjadi
dewasa dalam seminggu, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama jika kondisi
mendukung. Siklu hidup cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir
pada manusia sebagai inang tetapnya. Siklus hidup cacing planaria terdiri dari
tiga lapisan embrional. Lapisan terluar disebut ekstoderm, lapisan dalam
disebut endoderm. Endoderm membatasi rongga gastrovaskuler. Diantara ekstoderm
dan endoderm terdapat lapisan mesoderm. Siklus hidup cacing filaria ini
menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil
yang disebut mikrofilaria. Selanjutnya, mikrofilaria beredar di dalam darah.
Larva ini dapat berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Siklus hidup
cacing cambuk yaitu cacing dewasa akan tinggal di usus bagian bawah dan
melepaskan telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan
selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana.
DAFTAR PUSTAKA
Febrita,
A., Darmadi dan E. Siswanto.2015.
Pertumbuhan Cacing Tanah ( Lumbricus rubellus) dengan pemberian Pakan Buatan
Untuk Mendukung Proses Pembelajaran pada Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
Invertebrata. Jurnal Biogenesis, 11(2) : 169-176
Setiani, E. dan D. Widiastuti. 2008. Trichuris trichiura. Balaba, 7(2):21-22
Sumanto,
D. 2012. Uji Paparan Telur Cacing Tambang
pada Halaman Rumah. ISBN : 978-602-18809-0-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar